Awal Mula Munculnya Sekte Di Dunia Islam

Pasca wafatnya Nabi Muhammad muncul fase baru dalam dunia islam. Fase baru ini muncul karena para sahabat mulai merasakan kehilangan referensi utama dalam menyelesaikan masalah bahkan Umar Bin Khatab yang biasanya menjadi teman diskusi Nabi pun ikut kebingungan menyikapi hilangnya referensi utama dunia islam. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi sudah mewariskan Kitabullah kepada umat namun keragaman interpretasi antar para sahabat tetap tidak bisa dihindarkan.

Pasca wafatnya Nabi Muhammad, secara otomatis konsep ‘kepemimpinan ganda’ (sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin agama) dunia islam berjalan tidak efektif. Abu Bakar Ash-Shidiq khalifah pertama pengganti nabi, selama pemerintahannya hanya memerankan diri sebagai pemimpin pemerintahan/politik bukan pemimpin keagamaan. Faktor dominan yang menghalangi “peran ganda” tersebut adalah hilangnya otoritas tunggal kebenaran interpretasi sebagaiman yang dimiliki oleh Nabi Muhammad. Di samping itu, tingkat intelektualitas abu bakar ash-shidiq juga tidak berbeda jauh dengan para sahabat nabi lainnya.

Pertanyaannya adalah jika persoalan keagamaan tidak lagi ditangan kholifah maka seberapa jauhkah pengaruh agama pada pemerintahan serta dimana saja batasan-batasannya? dan seberapa pula jauhnya pengaruh pemerintahan terhadap agama? apakah persoalan politik (pemerintahan) bisa benar-benar dipisahkan dengan persoalan keagamaan? dan selanjutnya apakah persoalan keagamaan bisa dipisahkan dari persoalan politik (pemerintahan)?

1. Saqifah Bani Saidah

 

Sesaat setelah Nabi wafat pada hari senin, para sahabat berselisih perihal figur yang pantas menggantikan beliau untuk berada pada posisi pemimpin mereka. Perselisihan ini muncul karena Nabi tidak meninggalkan pesan apapun tentang pemerintahan dan siapa penggantinya. Kebingungan akan kepemimpinan semakin gawat karena dunia islam masih dalam suasana berkabung, bersedih, berduka cita karena ditinggalkan figur penting yang amat sangat dicintai semua lapisan masyarakat bahkan jenazah Nabi Muhammad pun belum dirawat sesuai kaidah sakramen agama pun tidak terpikirkan.

Siapa pengganti Nabi harus segera terwujud atau hidup tanpa pemimpin dan kekacauan akan segera terjadi. Pilihan yang sulit. Tantangan pertama dunia islam telah datang. Segera, kelompok anshor (penduduk asli madinah) membuat muktamar dan Saad bin Ubadah adalah tokoh penting kelompok ini. Mendengar ada muktamar sepihak ini, kelompok muhajirin (kaum pendatang non madinah) Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah ibnu Jarroh spontan bereaksi mendatangi balai muktamar “Saqifah Bani Sa’idah”. 

Perdebatan tak terelakkan, memanas dan kaum Anshor bersikukuh mereka telah benar dengan sikapnya Minna amir wa minkum amir (dari kami terdapat pemimpin, dari kalian juga terdapat pemimpin). Sikap kaum Anshor ini segera ditolak oleh Kaum Muhajirin dengan sikap tak kalah keras, Al-aimmatu min qurosyin, nahnu al-a’immah wa antum al-wuzaro (pemimpin itu dari Quroisy, kamilah pemimpin dan kalian adalah menterinya).

Di tengah tarik menarik hujjah dan argumentasi, keputusan cepat harus diambil, Umar menyatakan bahwa Abu Bakar-lah pengganti Nabi muhammad, ia berbaiat. Tak lama setelah itu ia diikuti oleh para sahabat lain yang sepertinya tak mau berdebat panjang yang tak ada habisnya hanya karena mengikuti hujjah yang sama-sama kerasnya.

Gemuruh Baiat hari senin siang itu mewarnai sesi pertama baiat. Baiat berlangsung dari senin malam hingga selesai pada hari selasa pagi. Baiat sesi kedua dilanjutkan hingga akhirnya dapat menutup persoalan kepemimpinan ini. Setelah semua masalah baiat terlampaui akhirnya jenazah nabi pun di makamkan pada selasa malam.

Ternyata baiat pada Abu Bakar ini tidak dapat seratus persen memuaskan seluruh kelompok di madinah. Ada beberapa kelompok anshor sepertinya masih ‘marah’ dengan momentum di saqifah bani sa’idah. Masih ada suara-suara ketidakpuasan atas baiat pada Abu Bakar. Menjumpai hal tersebut Umar bin Khattab, yang mengawali baiat pada Abu Bakar, merasa bertanggung jawab dengan memburu kelompok yang tidak puas itu. Hasilnya, Saad bin Ubadah tokoh anshor yang ikut dalam baiatul aqaba 1 di usir dari madinah kota nabi. (Hingga kini, tidak pernah lagi diketahui dimana makamnya Saad bin Ubadah).

Setelah diusirnya Saad bin Ubadah muncul lagi satu persoalan, kali ini dari Fatimah binti Muhammad mengajukan hak warisnya atas tanah fada’ dan seperlima harta dari rampasan saat ayahnya perang dahulu. Reaksi Khalifah Abu Bakar membuat Fatimah terkejut, diluar dugaannya ternyata Abu Bakar menolak memberikannya dengan alasan bahwa Nabi Muhammad tidak meninggalkan warisan apapun kecuali kitabulloh dan bahkan “Muhammad bukan Ayah salah satu dari kalian”. Bagaimana sikap anda jika anda menjadi Fatimah Binti Muhammad?

Akhirnya Fatimah protes keras dan menolak mengakui Abu Bakar sebagai Khalifah seumur hidupnya. Hingga wafatnya Fatimah tidak melakukan baiat pada kekhalifahannya Abu Bakar. Sikap Fatimah ini diikuti Ali bin Abi Tholib dan seluruh keluarga Fatimah menolak baiat. Namun akhirnya Ali bin Abi Tholib pun melakukan baiat setelah kekhalifahannya Abu Bakar berlangsung 6 bulan. Baiat itu dilakukan setelah Fatimah wafat.

Santernya kabar penolakan baiat oleh keluarga Fatimah ini mengilhami para pemeluk islam di wilayah lain untuk turut menilai bahwa figur Abu Bakar itu dzolim dan oleh karena itu tidak ada salahnya untuk melepaskan diri dari pemerintahannya. Akhirnya muncul gerakan pembangkangan untuk membayar zakat (jaman itu zakat merupakan pajak). Gerakan ini akhirnya dilabeli sebagai gerakan murtad oleh pemerintahan Abu Bakar yang segera mengambil reaksi dengan mengirim  militer untuk menumpas gerakan murtad ini. Penumpasan gerakan pelepasan ini kemudian dikenal dengan “perang riddah” (perang menumpas gerakan orang-orang murtad).

Setelah tiga tahun Abu Bakar memimpin menjelang wafat ia berpesan bahwa posisinya akan dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab yang memimpin umat islam selama 10 tahun. Di akhir pemerintahannya Umar bin Khattab akhirnya harus tewas di ujung pedangnya Abu lu’lu’ah yang sepertinya tidak terima dengan gaya agresornya Masa pemerintahan Umar saat menaklukan persia. Di waktu subuh yang gelap Umar di habisi dengan pola penyerangan yang terencana dan berhasil.

Sebelum wafat, Umar sempat berpesan agar pengganti posisinya nanti di serahkan pada Tim yang disebut “ahlul-hilli wal ‘aqd” yang terdiri dari : Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tim ini harus bekerja & menghasilkan keputusan pengganti Umar maksimal 4 hari. Jika melewati masa 4 hari belum juga ada keputusan maka ketua tim dapat mengambil kebijakan dan masyarakat yang menolak harus diberi sanksi berat jika perlu harus dibunuh.

Masa-Masa berat ini dilalui dengan Musyawarah : Tim itu akhirnya berhasil memunculkan dua nama yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Proses akhir pemilihan ini akhirnya final pada terpilihnya Utsman Bin Affan : ia Sah dan Resmi menggantikan posisi Umar Bin Khattab.

2. Al Fitnatul Qubro

 

Masa Utsman ini awalnya berlangsung secara stabil hingga akhirnya sepupu Utsman, Hakam bin Umayyah masuk kota madinah. Hakam bin Umayyah adalah sosok yang diusir oleh nabi saat beliau masih hidup dahulu. Kecurigaan nepotisme di struktural pemerintahan ini makin meruncing saat anaknya Hakam bin umayyah yakni Marwan bin Hakam diangkat oleh Utsman menjadi sekretaris pemerintahan. Pada usia lanjutnya Utsman menggulirkan roda pemerintahan ditangan sekretaris. Khalifah lebih sering menghabiskan waktunya untuk ibadah : sholat dan mengaji.

Di mata masyarakat Marwan bin Hakam tidak membuat prestasi apapun ia malah bermewah-mewahan mengundang para kerabatnya dan sepertinya sedang “mabuk dunia”. Fenomena ini sepertinya menjadi suatu alasan yang benar bagi masyarakat yang dahulu di masa pemilihan menolak memberikan suaranya atas terpilihnya Utsman bin Affan menjadi pemimpin. Kelompok ini mulai membuat ketidakstabilan dengan alasan yang sangat benar yaitu demi kecintaan mereka terhadap islam dan pemerintahannya.

Awal ledakan masyarakat yang mulai muak dengan pemerintahan ini tak terelakkan lagi. Diawali  saat “konspirasi aneh” dibalik pemecatan gubernur mesir yakni Amru bin Ash yang digantikan dengan Abdullah bin Saad bin Abi sarah dengan alasan yang tak masuk akal. Surat pemecatan itu pun coba dikonfirmasikan kepada pemerintahan pusat di Madinah dan dengan tegas khalifah Utsman menyatakan bahwa Muhammad bin Abu Bakar adalah pengganti Amru bin Ash, sebab memang itulah aspirasi rombongan yang meminta konfirmasi tersebut.

Rombongan konfirmasi dari mesir ini pun kembali ke mesir hingga mereka berbalik di tengah jalan. Rombongan ini kembali lagi ke madinah dan menjumpai ali bin abi tholib. Mereka hendak melaporkan bahwa mereka bertemu dengan kurir pegawai pemerintahan Utsman, mengendarai kuda pemerintah dan membawa sepucuk surat yang isinya adalah perintah khalifah Utsman kepada Abdullah bin saad bin Abi Sarah agar membunuh rombongan konfirmasi itu sebelum masuk kota mesir.

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan terhadap Utsman bin Affan pun meledak. Demonstrasi muncul dimana-mana. Gerakan separatis bermunculan dan membuat sang khalifah yang sudah sepuh itu dalam perencanaan pembunuhan. Semakin cepat semakin baik.

Jika tidak maka negara semakin kacau.

Malam itu sang Khalifah yang sudah berminggu-minggu dalam pengawasan & penjagaan yang sangat ketat pun akhirnya bobol juga. Hasan & Husein anaknya Ali bin Abi Thalib yang ditugaskan ayahnya menjaga sang kholifah bersama para ‘paspampres’ tak kuasa mencegahnya.  Sang khalifah tewas di serang sekelompok “pria atletis” (mungkin orang militer), dihabisi dengan pedang di depan mushaf yang dibacanya sehari-hari dan nailah, istri sang kholifah, menyaksikan sendiri pembantaian tanpa perlawanan itu. Darah mengaliri lantai, jubah & mushaf sang kholifah yang baik hati & dermawan ini. Kelak kerinduan pada “janggut pak tua” ini mengilhami pemberontakan baru. Apa yang terjadi? Lantas siapa pengganti posisinya Utsman bin affan?

3. 8 Hari Tanpa Pemimpin

 

Kelompok tertentu berfikir bahwa dengan terbunuhnya Utsman Bin Affan akan membuat keadaan menjadi Lebih baik. Alih-alih Menjadikan komunitas muslim semakin terhormat justru dengan terbunuhnya kakek tua 82 tahun itu malah menjadikan komunitas Ummah itu kosong kepemimpinan selama delapan hari. Kekosongan yang memicu perang saudara dan membuat dilema baru karena dalang pembunuhnya adalah Muhammad bin Abu bakar (putera abu bakar shidiq yang kemudian menjadi anak angkat Ali bin Abi Thalib). Mesir, Syiria, Madinah & Mekkah makin kisruh dengan bermunculannya opini-opini yang sangat sulit diselesaikan. Kekisruhan dan keruwetan yang tidak mungkin diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk menentukan sikap.

Jubah berdarah & potongan jari tangannya Na’ilah, Istri Utsman bin Affan, terus di publikasikan untuk menuntut kejelasan dan pertanggungjawaban atas pembunuhan kakek tua tersebut. Ammar bin Yasir, Tokoh senior sahabat Nabi muhammad, mengawali pembaiatan Ali bin Abi Thalib dan berkampanye dengan gayanya yang menghipnotis untuk maju sebagai penerus kepemimpinan Ummah bersama dengan Zubair bin Awwam dan Thalhah. Harapannya adalah agar banyaknya masalah dapat terselesaikan dengan figur Sang Ali bin Abi Thalib.

Namun justru ternyata ketika Ali memerintah banyak melakukan pemecatan pada tokoh-tokoh Zaman Utsman, pembagian ghonimah yang dianggap tidak adil dan perlakuan tidak terhormat atas para tokoh yang lebih dulu masuk islam. Belum lagi yang paling membuat murka adalah Ali melakukan pengangkatan para pembunuh Utsman menjadi pejabat. Bagaimanapun juga Ali selaku pihak pemerintah harus mengusut tuntas siapa pembunuh utsman atau kelompok penuntut ini tidak akan mengakui kekhalifahan Ali bin Abi thalib. Masalah lama belum tertangani masalah baru sudah Muncul.

Semenjak itu persoalan agama & persoalan politik kekuasaan (pemerintahan) tumpang-tindih dan Ummah selalu dalam keadaan bersiap untuk “perang saudara”. Terpecahnya dunia islam ke dalam kubu-kubu ini melahirkan berbagai sekte yang saling berebut kebenaran atas nama akidah dengan motivasi kekuasaan. Sampai sekarang.

 

Simak juga video kami di channel Waskita Jawi

Bagikan Artikel ini:
Ziyyulhaq
Ziyyulhaq
Articles: 10